Teori
Pemrosesan Informasi berbantuan Media
Disini saya akan menjelaskan bagaimana cara otak
memproses informasi yang di sampaikan oleh seseorang,baik itu dalam memori
jangka pendek maupun dalam memori jangka panjang.
Asumsi yang mendasari teori
ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.Berdasarkan
temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan
ilmu komputer, dikembangkan model berpikir.
Pusat kajiannya pada proses belajar dan
menggambarkan cara individu memanipulasi simbol
dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi
Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema
yang dikutip berikut ini.
Gambar 1. Skema pemrosesan informasi
Model belajar pemrosesan
informasi ini sering pula disebut model kognitif
information processing, karena dalam proses belajar ini
tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory
atau intake register: informasi masuk
ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2) Working
memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working
memory, dan di sini berlangsung berpikir
yang sadar. Kelemahan working memory sangat
terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan
sejumlah kecil informasi secara serempak.
3) Long-term
memory, yang secara potensial tidak
terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi
yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah
betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di
dalamnya.
Diasumsikan,
ketika individu belajar, di dalam dirinya
berlangsung proses kendali atau pemantau bekerjanya sistem
yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan
informasi ke dalam long-term memory
(materi memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah
(materi kreativitas). Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja
disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara
hirarkis. Tahap pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja
berfokus pada bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan
dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah
karakteristik dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks,
animasi, narasi, warna, musik, serta video. Studi tentang
bagaimana informasi diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan
ditransfer dalam dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka
panjang mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama
dalam pendesainan multimedia instruksional. Dalam konteks ini, desain
pesan multimedia berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian,
pengintegrasian elemen-elemen pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi.
Penyampaian informasi bermultimedia yang berhasil akan bergantung pada
pengertian akan makna yang dilekatkan pada stimulus elemen-elemen pesan tersebut.
Dalam mengartikan penyampaian
informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan media
pengantar, desain pesan, serta kemampuan sensorik. Media pengantar
mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media
berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu
pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian
animasi atau teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan
informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses
penerimaan informasi visual atau auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan
tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui
teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang
berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar
(dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada
proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang
memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Penelitian telah
menemukan bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia
instruksional mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004). Beberapa teori
yang melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah
teori pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan
ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang
terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas
memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif
menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas.
Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat
multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi
pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang
berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan.Temuan-temuan penelitian
(Pranata, 2004) telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding
theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu
pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi
verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki
kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting
yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa
kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi
pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.
Teori belajar yang oleh Gagne
(1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini
merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat
memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga
‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan
Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran
meliputi delapan fase yaitu,
(1) motivasi;
(2) pemahaman;
(3) pemerolehan;
(4) penyimpanan;
(5) ingatan kembali;
(6) generalisasi;
(7) perlakuan;
(8) umpan balik.
Beberapa model telah dikembangkan di antaranya
oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas
tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau Ingatan Inderawi (II), Ingatan
Jangka Pendek (IJPd) atau short-term/working memory, Ingatan Jangka Panjang
(IJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan
diagram pemrosesan informasi berikut ini:
INGATAN JANGKA PANJANG (IJPj)
1.
Ingatan Inderawi (II)
Sebagaimana terlihat pada
diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapat pada stimulus atau
rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi
tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih
dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat
melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan
inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua
orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan
seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau
keterangan tersebut terkategori sebagai ingatan inderawi. Alasanya, seperti
sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapat bertahan di dalam pikiran
manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaan penting yang dapat
dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atau keterangan seorang
guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?
2.
Ingatan Jangka Pendek (IJPd)
Suatu informasi baru yang
mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak
mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
seorang siswa lalu terkategori sebagai IJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan
Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus, the
informations represented by that stimulus goes into short-term memory or
working memory.” Jelaslah bahwa IJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang
stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, IJPd tidak
akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap
informasi tersebut. IJPd ini menurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh
lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik. Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang
perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat penting untuk diketahui
para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses pembelajaran di
kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan
dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang
disampaikan para guru tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa
terhadap bahan yang disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang
guru pada saat yang tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti:
“Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam
seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan
tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi
essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja, sampai
menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang guru
selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal yang
lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari dalam
diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan memperhatikan para
gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.
Ingatan Jangka Panjang (IJPj)
Mengapa Ibukota Indonesia jauh
lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria? Untuk menjawabnya, perlu disadari
adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebih sering disebut dan didengar
namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan, televisi, ataupun
koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besar sudah
tersimpan di dalam IJPj. Informasi yang sudah tersimpan di dalam IJPj ini sulit
untuk hilang, sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa IJPj
adalah IJPD yang mendapat pengulangan. Kata lainnya IJPj tidak akan terbentuk
tanpa adanya pengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan
merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di
kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan sangat menentukan
keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam jangka
waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan kepada
siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada 1 × 60
menit. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus
diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa
dengan mudah adalah:
1. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih
mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses
untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada proses
mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa,
apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang
dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
2. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan
baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada hal-hal yang belum
terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25
akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah
terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
3. Sesuatu yang menarik perhatian siswa
akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak menarik hatinya. Acara
televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan para siswa untuk
duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat
dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses
pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa
dan tentunya juga bagi para guru.
Daftar Pustaka
Pranata, Moeljadi. (2004). Efek
Redudansi: Desain Pesan Multimedia dan Teori Pemrosesan
saya lukita sari ingin menambahkan sedikit tentang
BalasHapusKejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali
5. Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
terima kasih atas penambahan nya saudari luki
Hapusselamat malam dinda , postingan blog nya menarik dan menambah wawasan ,saya ingin menambahkan sedikit materi blog dinda bahwa
BalasHapusTeori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan salah satu hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut teori ini, belajar merupakan proses mengelola informasi, namun teori ini menganggap sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang dipelajari.
Pemrosesan informasi itu sendiri secara sederhana dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara berpikir. Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar yang akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang verbal dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada modelnya mengarah kepada kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang akan didapatkannya
terima kasih
terimakasih atas penambahananya robi, jadi disini saya juga akan menjelaskan sedikit mengenai Teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
BalasHapusMenurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
(1) motivasi;
(2) pemahaman;
(3) pemerolehan;
(4) penyimpanan;
(5) ingatan kembali;
(6) generalisasi;
(7) perlakuan;
(8) umpan balik.
dalam pembelajaran kimia bagaimana cara guru menyusun materi agar mudah diingat siswanya ? Terimakasih
BalasHapus