2.
Asumsi keterbatasan kapasitas, yang
menyatakan adanya keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi dalam
setiap kanal pada satu waktu. Dalam satu sesi presentasi, audiens hanya bisa
menyimpan beberapa informasi visual (gambar, video, diagram, dsb) dan beberapa
informasi tutur (auditif). Asumsi inilah yang mendasari riset dan teori
yang disebut teori beban kognitif (cognitive load theory). Meskipun
beban maksimal tiap individu bervariasi, beberapa penelitian menunjukkan bahawa
rata-rata manusia hanya mampu menyimpan 5-7 ‘potongan’ informasi saja pada satu
saat.
3.
Asumsi pemprosesan aktif, yang
menyatakan bahwa manusia secara aktif melakukan pemprosesan kognitif untuk
mengkonstruksi gambaran mental dari pengalaman-pengalamannya. Manusia tidak
seperti tape recorder yang secara
pasif merekam informasi
melainkan secara terus-menerus memilih, menata, dan mengintegrasikan informasi
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hasilnya adalah terciptanya model
mental dari informasi yang tersajikan. Ada tiga proses utama untuk pembelajaran
secara aktif ini, yakni: pemilihan bahan atau materi yang relevan, penataan
materi-materi terpilih, dan pengintegrasian materi-materi tersebut ke dalam
struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Proses ini terjadi di
dalam memori kerja yang terbatas kapasitasnya.
contoh media yang relevan dari ke-3 asumsi diatas untuk pembelajaran kimia adalah sseperti saya ambil materi mengenai unsur golongan alkali, media yang dipakai disini dapat berupa powerpoint untuk menampilkan gambar serta penjelasan dari unsur-unsur golongan alkali,serta di dalam powerpoint tersebut dapat kita tambahkan pula animasi serta vidio yang menampilkan perubahan warna unsur-unsur golongan alkali. dengan media seperti ini kita mendapati bahwa media ini dapat langsung menampilkan informasi secara visual serta informasi secara verbal
Mengikuti asumsi Mayer (Mayer R. E., 1989), Gambar 1 berikut
ini menunjukkan model bagaimana manusia belajar dalam lingkungan pembelajaran
multimedia. Model belajar ini mengasumsikan manusia memiliki dua kanal menuju
memori kerja. Satu kanal berasal dari indera pendengaran dan kanal yang lain
berasal dari indera penglihatan. Bahan ajar multimedia mungkin berisi gambar
dan kata-kata (baik dalam bentuk tekstual maupun tuturan). Gambar dan narasi
tekstual (printed word) masuk menuju sistem pemroses kognitif pembelajar
melalui indera penglihatan, sedangkan narasi tuturan (spoken words) masuk melalui
indera pendengaran. Pembelajar tidak menerima semua informasi yang disajikan
melainkan memilih dan menyaring sesuai minat dan kepentingannya.
Informasi-informasi yang terpilih lebih lanjut diproses dalam memori kerja
pembelajar. Memori kerja ini memiliki keterbatasan dalam hal menyimpan dan
memanipulasi informasi di setiap kanal. Dalam memori kerja ini, pembelajar
secara mental mengorganisasikan gambar-gambar terpilih kedalam model piktorial
dan beberapa tuturan ke dalam model verbal. Kedua jenis informasi ini dipadukan
dengan informasi yang telah dimiliki pembelajar dari memori jangka panjang yang
merupakan gudang penyimpanan pengetahuan pembelajar.
2. Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat di adaptasi dalam menyiapkan suatu pembelajaran kimia!
jawab:
Teori
dual coding yang dikemukakan Allan Paivio
(Paivio, 1971, 2006) menyatakan bahwa informasi yang diterima seseorang
diproses melalui salah satu dari dua
channel, yaitu
channel verbal
seperti teks dan suara, dan
channel visual (
nonverbal image)
seperti diagram, gambar, dan animasi. Kedua
channel ini
dapat berfungsi baik secara independen, secara paralel, atau juga secara
terpadu bersamaan (Sadoski, Paivio, Goetz, 1991). Kedua
channel informasi
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.
Channel verbal
memroses informasi secara berurutan sedangkan
channel nonverbal
memroses informasi secara bersamaan (sinkron) atau paralel.
Aktivitas berpikir dimulai ketika sistem
sensory memory menerima
rangsangan dari lingkungan, baik berupa rangsangan verbal maupun rangsangan
nonverbal. Hubungan-hubungan representatif (
representational connection)
terbentuk untuk menemukan
channel yang sesuai dengan
rangsangan yang diterima. Dalam
channel verbal, representasi
dibentuk secara urut dan logis, sedangkan dalam
channel nonverbal,
representasi dibentuk secara holistik. Sebagai contoh, mata, hidung, dan mulut
dapat dipandang secara terpisah, tetapi dapat juga dipandang sebagai bagian
dari wajah. Representasi informasi yang diproses melalui
channel verbal
disebut
logogen sedangkan representasi informasi
yang diproses melalui
channel nonverbal disebut
imagen (lihat
Gambar).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paivio dan Bagget tahun 1989 dan Kozma tahun
1991, mengindikasikan bahwa dengan memilih perpaduan media yang tepat, kegiatan
belajar dari seseorang dapat ditingkatkan (Beacham, 2002; Dede, 2000; Hogue,
(?)). Sebagai contoh, informasi yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata
(verbal) dan ilustrasi yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah
dipelajari dan dipahami daripada informasi yang menggunakan teks saja, suara
saja, perpaduan teks dan suara saja, atau ilustrasi saja.
Menurut teori Dual Coding yang dikemukakan oleh Paivio, kedua
channel pemrosesan
informasi tersebut tidak ada yang lebih dominan. Namun demikian, Carlson,
Chandler, dan Sweller tahun 2003 dalam (Ma, (?)) telah melakukan sebuah riset
untuk melihat apakah pembelajaran yang dilakukan melalui diagram atau teks akan
membantu kegiatan belajar. Carlson dan kawan-kawan mengasumsikan bahwa karena
diagram lebih lengkap dibandingkan teks, dan dengan diagram seseorang mampu
menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lainnya, maka orang yang
belajar melalui diagram akan lebih berprestasi dibandingkan dengan orang yang
belajar dengan menggunakan teks saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
bahan belajar yang memiliki tingkat interaktivitas tinggi, kelompok yang
belajar dengan menggunakan diagram memiliki prestasi lebih tinggi dibandingkan
dengan yang hanya belajar dengan teks. Untuk bahan belajar yang tidak memiliki
tingkat interaktivitas yang tinggi, kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan
prestasi yang signifikan.
Sebagai tambahan kesimpulan dari teori
dual coding ini
jika dikaitkan dengan bagaimana seseorang memroses suatu informasi baru, dapat
dinyatakan bahwa teori ini mendukung pendapat yang menyatakan seseorang belajar
dengan cara menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya (
prior knowledge). Peneliti berpendapat bahwa
seorang tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama juga
memiliki
prior knowledge yang lebih banyak dibandingkan
dengan mereka yang memiliki masa kerja lebih pendek, sehingga dapat diharapkan
bahwa para tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih
mudah memahami informasi baru yang disampaikan.
Teori
Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan
belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang
tepat dari
channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media
belajar yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua
channel pemrosesan informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja
secara paralel atau bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang
disampaikan terserap oleh pembelajar.
jadi dapat di simpulkan bahwa teori dual coding ini dapat di terapkan dalam pembelajaran kimia karena teori dual coding menggunakan channel verbal
seperti teks dan suara, danchannel visual (nonverbal image)
seperti diagram, gambar, dan animasi. dalam pembelajaran kimia terdapat cukup banyak materi yang dapat di pakai menggunakan teori dual coding ini, seperti materi asam basa dimana kita dapat menggunakan media lab virtual,sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam memproses informasi yang kita sajikan